RSS

Minggu, 27 Februari 2011

Sabda Rasulullah S.A.W

" Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak busa/buih laut "
1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Mengucap Astagfirullah jika lidah terselip perkataan yang tidak patut
4. Mengucap Insya Allah jika merencanakan berbuat sesuatu di hari esok.
5. Mengucap La haula wala kuwwata illa billah jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.
6. Mengucap inna lillahi wa inna ilaihi rajiun jika menghadapi dan menerima musibah.
7. Mengucap La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah sepanjang siang malam sehingga tak terpisah dari lidahnya dari tafsir hanafi, mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu mudah-mudahan jadi bisa, karena sudah biasa.

Jumat, 25 Februari 2011

Aku Makin Cantik Hari Ini

     Tahukah engkau, aku makin cantik hari ini! Sungguh, aku makin cantik! Lebih cantik dari kemarin, dari kemarinnya lagi, dan dari kemarin-kemarinnya lagi. Coba lihat, dahiku tidak berkerut-kerut oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu. Bibirku tidak mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin. Mukaku tidak lagi tertekuk penuh beban dan beBeTean seperti waktu-waktu yang lewat. Tubuhku tidak lagi lesu karena keputusasaan dan kehilangan harapan.
     Sungguh, aku makin cantik hari ini! Coba perhatikan, mataku bersinar-sinar oleh kegembiraan. Bibirku merekah lebar oleh senyum ketulusan. Pipiku merona merah oleh semangat pengharapan. Urat-urat wajahku santai memancarkan aura kepasrahan. Dan semuanya menjadikan wajahku berseri-seri. Sungguh, cantiknya aku hari ini!
     Sudah sepekan aku banyak tersenyum, tertawa, menikmati hidup ini dan tidak membiarkan permasalahan mempengaruhi suasana hati. Ah, cantiknya diriku karenanya. Sudah sepekan aku berusaha banyak menyapa dan memaafkan semua saudara. Dan itu membuatku lebih cantik hari ini. Sudah seminggu aku berusaha lebih banyak berderma pada sesama. Kini aku merasakan cantik sebagai balasannya. Sudah seperempat bulan aku berusaha lebih mensyukuri setiap karunia Ilahi. Dan kini kurasakan Allah menambahi nikmat itu dengan menjadikanku cantik sekali. Bahagianya aku karenanya! Dan bahagia itu, kurasakan kian membuatku cantik saja.
Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalannan menjadi demikian berat kita kita rasakan. Hingga sikap kita pun terbawa oleh perasaan.Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun merupakan reaksi spontan. Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Dan tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan dan tampang kita menjadi makin buruk saja.
     Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa seperti itu dengan elegan. Saat kita bisa menahan diri terhadap sesuatu yang sangat kita inginkan. Saat kita bisa menghadapi segala permasalahan dengan tenang.Saat kita berhasil menaklukkan musibah dan hambatan penyebab kesedihan. 
     Hidup tidaklah berjalan seperti yang kita inginkan, karena itu melewati saat-saat yang tidak menyenangkan adalah sebuah hal yang membahagiakan. Misalnya, sesungguhnya aku adalah seorang yang sangat emosional. Adalah membahagiakan bagiku ketika dalam banyak hal akhir-akhir ini aku dapat meredam emosiku. Dan itu membuat aku merasa cantik sekali. 
     Aku adalah seorang yang sangat ekspresif, sehingga perasaan apapun yang tersimpan di hati akan nampak dengan jelas pada bahasa tubuh. Maka sungguh membahagiakan ketika dalam banyak hal kemudian aku dapat menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dan dapat tetap tampil stabil.Dan sungguh, aku merasa makin cantik karenanya. Adalah hal yang menyenangkan ketika aku tidak panik, padahal sebenarnya aku adalah seorang yang mudah panik. Maka sungguh menyenangkan ketika aku dapat mengontrol semua emosi, pikiran, dan perasaan sehingga berhasil mengatasi diri sendiri. 
     Betapa membahagiakan tatkala kita berhasil mengalahkan diri sendiri. Ketika aku dapat melakukannya, maka ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Hingga kemudian kegagalan-kegagalan yang telah kita lalui bukanlah sesuatu yang sia-sia. Selama kita tak kehilangan pelajaran dari kegagalan yang kita alami, semua itu akan menjadi bukti sejarah atas pembelajaran hidup. Rasulullah bersabda, sesungguhnya seorang muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, namun mereka yang tiap kali melakukan kesalahan mengakuinya, menerimanya, dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Tak perlu ada sakit hati, tak perlu ada kecewa karena sesungguhnya segala sesuatu bagi orang muslim adalah baik saja, selama dia bersyukur tiap mendapat nikmat dan bersabar saat tertimpa musibah.
     Karena itu, dengan bangga kunyatakan, aku makin cantik hari ini. Apakah engkau juga??
     Hei, jangan lupa ingatkan daku jika engkau melihatku lebih jelek esok hari!

Orang yang Ikhlas, Orang yang Menyembunyikan Amalannya

     Inilah saudaraku yang seharusnya kita ingat ketika melakukan suatu amalan yaitu haruslah ikhlas. Dengan ikhlas-lah suatu amalan sholeh bisa diterima di sisi Allah.
     Ketahuilah bahwa amalan puasa adalah rahasia antara hamba dan Rabbnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, “Setiap amalan manusia akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah berfirman (yang artinya): Kecuali amalan puasa. Amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Muslim no. 1151).

     Jika kita sudah mengetahui hal ini, maka sudah sepatutnya orang yang ikhlas berusaha untuk menyembunyikan amalan puasanya dengan berbagai cara sehingga orang lain tidak mengetahuinya.
Lihatlah saudaraku apa yang dilakukan oleh orang sholeh terdahulu. Ketika berpuasa, mereka meminyaki jenggotnya, membasahi bibirnya sehingga orang-orang mengira bahwa mereka tidak berpuasa. Artinya mereka ingin menjaga keikhlasan dengan menyembunyikan amalannya.
     Ibnu Mas’ud mengatakan, “Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaklah di pagi harinya dia menyisir rambutnya, lalu meminyakinya. Hendaklah pula tangan kirinya tidak mengetahui sedekah dari tangan kanannya. Hendaklah pula dia mengerjakan shalat-shalat sunnah di rumahnya.”
Abu Tiyah juga mengatakan, “Aku mendapati ayah dan kakekku yang masih hidup. Jika berpuasa, di antara mereka ada yang memakai minyak dan mengenakan pakaian yang indah.”
Begitu pula sebagian ulama salaf dulu ada yang sudah berpuasa selama 40 tahun. Tidak ada seorang pun mengetahui amalan puasa mereka.
     Seorang salaf ini memiki toko di pasar. Setiap harinya, dia membawa 2 roti dari rumahnya. Lalu dia keluar dari rumahnya menuju tokonya di pasar. Di tengah perjalanan, dia menyedekahkan 2 roti tadi. Anggota keluarganya mengira bahwa roti tadi untuk dia makan di tokonya. Sedangkan orang-orang yang berada di pasar mengira bahwa makanan tadi akan dimakan di rumahnya. Padahal salaf ini sedang puasa. Itulah strateginya untuk menyembunyikan amalan puasanya. Dan sangat jauh sikap kita dalam menyembunyikan amalan dibanding dengan para salaf dahulu.
     Orang yang berusaha menyembunyikan amalan puasa seperti inilah yang bau mulutnya lebih harum dari minyak misk di sisi Allah. Bau seperti ini akan terasa di dalam hati dan bau arwah yang sangat harum ini akan dihirup dan akan nampak setelah kematian dan di hari kiamat nanti.
     Oleh karena itu, Abdullah bin Gholib ketika dikubur, terasa semerbak bau kuburnya seperti bau minyak misk. Itulah bau yang begitu harum karena tilawah Al Qur’an dan menahan lapar ketika puasa. Sebagaimana terdapat dalam hadits: Orang-orang yang berpuasa akan keluar dari kubur mereka dan bau harum mereka ini dikenali dari amalan puasa mereka. Bau mulut mereka melebihi bau minyak misk.

Semoga Allah memberi kita taufik untuk ikhlas dalam beramal.

10 Hal yang Mendatangkan Cinta Allah

     Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.
     Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.
Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah. Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin.
     Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an, pen]
     Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.
     Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.
     Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.
     Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
     Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.
     Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.
     Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
     Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.
     Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.
     Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati.
     Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Sumber: Madaarijus Saalikin, 3/ 16-17, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Darul Hadits Al Qohiroh

Al Qur'an

Al-Qur'an Widget by Blogger Tutorial Blog

I Love Allah

I Love Allah